<xmp> <body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/3417621409964018008?origin\x3dhttp://berbicara-pada-diam.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script> </xmp>

ocean
Minggu, 11 Januari 2009

wanita itu berdiri di tebing yang tinggi. tebing yang terjal dan sangat tinggi. menatap kehijauan dalamnya kelam lautan luas yang menganga di bawahnya. yang tersenyum, atau mungkin menyeringai. dalam sepoi-sepoi angin laut, menanti tubuh wanita yang rapuh jatuh kedalam pelukannya. tersedot ke dalam rahasia bumi dan hilang, selamanya.

atau bahkan kapal-kapal itu. yang nahkodanya berwajah tampan dan manis atau mungkin buruk dan bengis. melotot dengan buasnya nafsu dan basahnya air liur yang menetes menyebarkan aromanya yang bau. mengapung di kulit air, seraya menanti pecahnya sang lautan yang memeluk remuk tubuh wanita yang rapuh jatuh ke dalam pelukannya. dalam kepala para nahkoda di atas kapal-kapal itu, adalah terjun dan merengkuh tubuh rapuhnya untuk disantap tulang daging dan darahnya dalam ganasnya badai lautan yang murka akan telah diambilnya sang wanita dari jantung terdalam rahasia bumi yang semakin lama semakin hampa.

namun angin yang halus, dapat merasakan gemetar getar bulu lembut yang takut, rapuh, atau malah mungkin saking beraninya menentukan nadi nasibnya sendiri, di atas kulitnya yang tipis dan bening. basah, namun bukan keringat gelisah, melainkan air mata sedih rindu dan cinta yang hanya ada di dalam dongeng-dongeng bualan hatinya semata. bahkan angin yang halus, dapat merasakan letihnya mata yang nyaris menutup menyatukan harapan dan keputus asaan yang seakan di antara keduanya tiada batasnya.

sampai pada saat tubuh ringannya akhirnya juga melayang di udara yang diam, sekonyong-konyong datanglah sebongkah awan yang super lembutnya, menyongsong tubuh lemah yang pasrah, terpeluk dalam bongkah-bongkahnya. putih namun ranum. basah namun hangat. hampa udara namun padat cinta. tepat disaat mata harapan dan keputus asaan itu menutup perlahan, dan akhirnya tertidur dalam indahnya mimpi nyata dalam balutan kenyamanan, diterbangkan sang awan perkasa, melalui jalan di langit langit dunia, menuju surga.

januari 2007

**
**

Label:


0 comments
19.17


Profile
hanya seorang anak kecil, yang senang duduk di genteng -- melihat awan, menebak bentuknya -- melihat cakrawala senja, jingga kebiruan -- melihat bintang, dan lampu kota -- sendiri, tapi tak merasa sendirian.


Archive
Januari 2009
Februari 2009
Agustus 2009
Juli 2010
Agustus 2010
November 2012




Scream
i am not allow anyone to speak out in here


Exit
another side of me


Credits
The Designer

<$I18NNumComments$>:

<$CommentPager$>
<$I18NAtCommentTimeWithPermalink$>, <$I18NCommentAuthorSaid$>

<$BlogCommentBody$>

<$BlogCommentDeleteIcon$>
<$CommentPager$>

<$BlogItemCreate$>

<$BlogItemFeedLinks$>

:

<$BlogBacklinkControl$> <$BlogBacklinkTitle$> <$BlogBacklinkDeleteIcon$>
<$BlogBacklinkSnippet$>
@ <$BlogBacklinkDateTime$>

<$BlogItemBacklinkCreate$>

<< Beranda