<xmp> <body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/3417621409964018008?origin\x3dhttp://berbicara-pada-diam.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script> </xmp>

cantik
Minggu, 11 Januari 2009

diam, pernahkah kau begitu membenci dirimu sendiri? aku, sering sekali begitu. semenjak dulu, hingga saat ini, selalu merasa begitu. telah terbiasa rasanya, ditunjuk, disalahkan, dipermalukan, dinilai, dipaksa untuk berpikir bahwa aku hanyalah seonggok kesalahan yang diciptakan Tuhan. betapapun baiknya niatku, pada akhirnya sampai pada kesimpulan, bahwa aku salah. katakan Tuhan, apa aku pernah benar?

jangan bilang aku tak sadar, Tuhan. aku terlalu sadar untuk itu. dan Kau tahu aku tak mau terjebak di situ, lagi. tak mau. lalu kenapa kau selalu menggiringku, ke situ? Tuhan, belum cukupkah segala usaha ini aku lakukan? apakah ini ujian dariMu? yang tak akan pernah berhenti, hingga akhirnya aku memutuskan, untuk benar benar hidup seorang diri?

mengapa, Tuhan? bukankah Engkau maha mengetahui? aku ingin sendiri. aku ingin pergi. aku ingin hilang. aku ingin (kalau boleh) mati.

tapi, diam, Tuhan tak pernah menzolimi kita kan? melainkan kitalah yang kerap menzolimi diri kita sendiri? itulah diam, semakin banyak merasa bersalah, semakin banyak memperbaiki diri. semakin banyak sakit, semakin cantik. kau masih ingat cerita tentang proses tanah liat menjadi sebuah cangkir porselen yang cantik, diam? dibanting, diputar, dibakar, ditoreh, disemprot, dibakar lagi.. -- berapa kalipun tanah liat itu berteriak meminta berhenti, proses itu akan terus berjalan.

aku punya cermin, diam. dan aku lihat aku masih belum cantik. dan kau tahu kapan itu akan terjadi, diam? kurasa, siapapun tidak akan pernah menjadi cantik seutuhnya, pada saat dia masih bisa memandang dunia. dia akan terus diuji. dicoba. mengalami kesedihan. didera kesulitan. dibanjiri air mata. mungkin meminta untuk berhenti. sering sekali.

tapi proses itu akan terus berjalan, diam. hingga suatu hari nanti, aku akan bercermin pada telaga bening di surga. dan di sanalah aku akan melihat. betapa cantiknya diriku saat itu.

aamiin.

**
**

Label:


0 comments
18.30


Profile
hanya seorang anak kecil, yang senang duduk di genteng -- melihat awan, menebak bentuknya -- melihat cakrawala senja, jingga kebiruan -- melihat bintang, dan lampu kota -- sendiri, tapi tak merasa sendirian.


Archive
Januari 2009
Februari 2009
Agustus 2009
Juli 2010
Agustus 2010
November 2012




Scream
i am not allow anyone to speak out in here


Exit
another side of me


Credits
The Designer

<$I18NNumComments$>:

<$CommentPager$>
<$I18NAtCommentTimeWithPermalink$>, <$I18NCommentAuthorSaid$>

<$BlogCommentBody$>

<$BlogCommentDeleteIcon$>
<$CommentPager$>

<$BlogItemCreate$>

<$BlogItemFeedLinks$>

:

<$BlogBacklinkControl$> <$BlogBacklinkTitle$> <$BlogBacklinkDeleteIcon$>
<$BlogBacklinkSnippet$>
@ <$BlogBacklinkDateTime$>

<$BlogItemBacklinkCreate$>

<< Beranda